Korelasi Pasar: Benarkah Harga Bitcoin Mengikuti Pasar Saham? Panduan untuk Investor
Doni Ramdani
Ini memunculkan pertanyaan penting bagi setiap manajer portofolio: "Benarkah harga Bitcoin mengikuti pergerakan pasar saham?" Jawaban singkatnya tidak sesederhana ya atau tidak. Hubungan ini, yang dikenal sebagai korelasi, bersifat dinamis dan telah berubah seiring waktu.
Apa Itu Korelasi Aset?
Korelasi adalah sebuah ukuran statistik yang menunjukkan seberapa erat dua aset bergerak satu sama lain. Nilainya berkisar dari +1 hingga -1.
Korelasi Positif (+1): Kedua aset bergerak ke arah yang sama. Jika saham naik, Bitcoin juga cenderung naik.
Korelasi Negatif (-1): Kedua aset bergerak ke arah yang berlawanan. Jika saham turun, Bitcoin cenderung naik.
Tidak Berkorelasi (0): Tidak ada hubungan yang jelas antara pergerakan kedua aset.
Bagi investor, memiliki aset yang tidak berkorelasi (atau berkorelasi negatif) sangat berharga untuk diversifikasi, karena dapat mengurangi risiko portofolio secara keseluruhan.

Sejarah Korelasi Bitcoin dan Pasar Saham
Pada Awalnya (Hingga sekitar 2020):
Di masa-masa awal, Bitcoin menunjukkan korelasi yang sangat rendah dengan pasar saham (misalnya, indeks S&P 500). Ia benar-benar bergerak sesuai dengan dinamika internalnya sendiri, seperti siklus halving dan tingkat adopsi. Pada periode ini, narasi "Bitcoin sebagai aset yang tidak berkorelasi" sangat kuat.
Era Pasca-Pandemi (2020 - Sekarang):
Semenjak pandemi COVID-19, korelasi antara Bitcoin dan pasar saham, terutama saham-saham teknologi (indeks Nasdaq), menunjukkan peningkatan yang signifikan. Mengapa ini terjadi?
1. Masuknya Investor Institusional: Semakin banyak investor institusional (seperti hedge fund dan manajer aset) yang masuk ke pasar kripto. Mereka cenderung memperlakukan Bitcoin sebagai aset "berisiko tinggi" (risk-on), sama seperti saham teknologi.
2. Pengaruh Ekonomi Makro: Akibatnya, Bitcoin menjadi lebih sensitif terhadap faktor-faktor ekonomi makro global, seperti kebijakan suku bunga The Fed, data inflasi, dan sentimen risiko secara umum. Saat The Fed menaikkan suku bunga, investor cenderung menjual aset berisiko, baik itu saham maupun Bitcoin. Sebaliknya, saat ada sentimen positif, keduanya cenderung naik bersamaan.
3. Likuiditas Pasar: Di saat pasar mengalami kepanikan (market-wide panic), investor cenderung menjual aset apa pun yang bisa mereka jual untuk mendapatkan uang tunai. Karena Bitcoin sangat likuid, ia seringkali menjadi salah satu aset pertama yang dijual, menyebabkannya jatuh bersamaan dengan pasar saham dalam jangka pendek.
Jadi, Apakah Bitcoin Masih Aset Pelindung Nilai?
Meskipun korelasinya dengan pasar saham meningkat dalam jangka pendek, argumen untuk Bitcoin sebagai pelindung nilai jangka panjang tetap kuat, terutama terhadap hal-hal berikut:
Pelindung Nilai Inflasi: Terhadap penurunan daya beli mata uang fiat, Bitcoin tetap unggul karena pasokannya yang terbatas. Ini adalah perlindungan terhadap kebijakan moneter bank sentral, bukan terhadap sentimen pasar harian.
Pelindung Nilai Gejolak Geopolitik: Dalam beberapa kasus krisis perbankan atau ketidakstabilan politik di suatu negara, Bitcoin telah terbukti menjadi jalan keluar bagi warga untuk melindungi kekayaan mereka.
Kesimpulan untuk Investor
Sebagai investor cerdas di portoku.id, penting untuk memiliki pandangan yang matang mengenai hal ini.
Untuk Jangka Pendek: Sadarilah bahwa harga Bitcoin kemungkinan besar akan terpengaruh oleh sentimen pasar global dan pergerakan pasar saham. Jangan kaget jika portofolio kripto Anda ikut merah saat berita ekonomi makro sedang buruk.
Untuk Jangka Panjang: Tetaplah fokus pada fundamental Bitcoin yang unik—desentralisasi, kelangkaan absolut, dan ketahanannya terhadap sensor. Inilah properti yang memberinya nilai sebagai penyimpan kekayaan dalam jangka panjang, terlepas dari korelasi jangka pendeknya dengan aset lain.
Dengan memahami dinamika ini, Anda dapat membangun portofolio yang lebih tangguh, mengerti mengapa aset Anda bergerak, dan tidak membuat keputusan panik berdasarkan pergerakan pasar harian.
Tentang Doni Ramdani
Penulis di PortoKu.id yang berfokus pada analisa keuangan dan asset digital